Senin, 21 Mei 2012
Pesan dan bayi
Laki-laki ini menerima pesan.
Mengukir benak dan hati yang lama hilang.
Pada tepi yang mengikat dalam batas yang tak terlihat.
Pada langit yang pekat dalam nafas yang di harap.
Laki-laki meraba rindu dan hasrat yang terbang.
Walau wajahnya tak jelas melihat cinta.
Kejantannya sedikit ciut dan ragu.
Diintib dan dibuka kata, pada ruas yang gelap.
Ingin rasanya mengusap kulit yang lembut dengan beribu bunga.
Ingin rasanya membendung air mata dengan teduhnya cinta.
Pesan itu sangat membentur hasrat.
Melilit iba, memeluk air mata.
Menetes nada yang terluka.
Pesan ini, tentang hasrat dan mimpi untuk seorang bayi.
Tak mudah mebagi galau, pada hasrat yang suci.
Tak mudah menutup mimpi, pada janji yang dibagi.
Laki-laki menutup pesan dengan do’a.
Untuk cerita lama, anak, atau mimpi tentang bayi.
Jumat, 11 Mei 2012
Puisi Boneka
Aku ingin membaca puisi.
Ditengah redupnya mentari.
Mulutku bergetar mengatur lidah.
Entah karena tiupan mata penonton.
Atau lemah tulang menahan gebu.
Ada syair yang tak siap.
Menutup gelap, suka dan lucu.
Tangan ini ingin digerakkan.
Tapi seperti boneka yang diberi tali.
Berputar menjerat muka.
Berguling mengatur irama.
Ini membuat malu.
Kuhentikan puisi ini,
tapi untuk membacanya…
Jumat, 07 Oktober 2011
Hujan oktober.
Masuk paragraf kedua kedatanganku dikotamu
Siang sedikit gelap disentuh mendung
Otakku mulai resah mencari tubuhmu disisa gerimis
dan, sepertinya aku tak begitu pintar melihat waktu
Mata ini menjadi dingin dan gusar
Menyingkap kaca yang kabur ditutup senja
Akhirnya, kau tak datang karena hujan oktober
Besok kutunggu, pada paragraf terakhir
...Bth, 07-10-2011
Kamis, 23 Juni 2011
Bilur

Pesannya menggapai nafas yang kututup menjadi rindu
Hingga menumpuk pada sudut-sudut hati dan tak terbendung
Kata-kata yang labil mencoba keinginannya satu persatu
Seperti tetes air mata yang dulu pernah basah dipundaku
Takdir ini menjawab kesabaranya,
walau yang jatuh tetap menikam hatinya
Beberapa bulir tak mampu ditahan
Tangis mungil begitu memacu
Derai tawa memungut hitungan waktu
Kadang seperti menghina nasibnya
Aku ingin mengantar bulir ini
Tapi wajahnya tak kulihat
Seperti menimbang rindu atau nafsu
Kupinta Tuhan menatanya...
Karambia 4, dua minggu lalu..
Jumat, 15 April 2011
Durjana

Menatap Janji
Kebohongan menutupi perut
Negeri ini malu mendengarnya
Gema kepongahan terukir pada setiap wajah
Mereka tak bisa menatap janji
Jejaknya yang serakah mengulur hidup
Menggulung waktu ketika rebah
Mereka tak kuat memungut mimpi
Walau kau beli dengan kesombongan
Seperti penjajah mengali upeti di otak pribumi
Rajaman tangannya membakar ke poros otak
Seperti rentenir menguras dahaga petani
Durjana bersemi dicinta pemuas aurat
camar
Kamis, 20 Januari 2011
purgatory

Aku membuka fajar dengan gerimis
Setelah subuh kusimpan rapi
Beberapa doa mengangkat ujung mentari
Sinarnya begitu gemulai mencium pagi
Anak-anak menjadi malas membuka mimpi
Istriku merapikan embun dengan sajadah
Biasnya yang sejuk memeluk gubuk ini
Pintu yang retak mulai dimakan waktu
Mungkin akan kami benahi di tahun ini..
Langganan:
Postingan (Atom)