Kamis, 28 Mei 2009

nenek


Peladang

Nenekmu begitu kuat.
Ia bangun pagi untuk menyayat subuh dengan doa-doa dilangit.
Langkahnya selalu mengintai kebun-kebun berembun dan sunyi.
Mungkin ada bekas telapak kaki harimau, ular, atau beruang yang ia injak.
Tapi api didada nenekmu mencambuk binatang-binatang itu dan lari kegelab hutan.
Pisau kecilnya yang haus mengores nadi-nadi pohon tua.
Kulit-kulit menjadi lembut dan menyerah sampai tak satupun yang tersisa hinga surya mulai membakar.

Tangannya yang lusuh dan hitam memungut pahala yang menetes.
Hatinya yang iklas dan teduh menyelimuti kita sekeluarga.
Nak, senyum nenekmu masih lembut menimbang hasil hari ini.

Domo, 27 mei 2009