Rabu, 10 November 2010

kurus



Aku ingin kurus

akan kukubur lemak ini pada atap-atap langit
dengan makan hanya sekali
sehari,
sebulan,
setahun,
mungkin sewindu…

tulangku mulai menghirup wajah
dagingku resah menutup lelah
tubuhku semakin kecil dan kurus
untuk memulai tua…

Sungai Pua, 10 Nop 2010

Minggu, 31 Oktober 2010

Stairway to heaven


Hilang

Temanku pergi ditengah gelombang
Arwahnya dikubur pada langit yang basah
Istri dan anaknya menumpuk tengadah diresah cemara

Pada lubuk kuminta kuat
Pada lembah kucium hasrat
Pada hari setiap saat

Kususun kata agar menjadi tangga
Tangga-tangga dinaikan, semoga mencapai surga

Padang untuk Mentawai, 1 November 2010

Sabtu, 30 Oktober 2010

Hijrah



Retak menungggu hijrah
Diam-diam memenggal dingin
Untuk pergi atau melemparinya

Musibah ini begitu kuat
Kuatpun menjadi hancur
Laut membakar mimpi
Pantai meniup janji

Hijrah menjadi keranda
Dipikul dalam mentari
Diingat petang dan pagi

26 Oktober 2010

Rabu, 20 Oktober 2010

20102010



demonstrans

tubuh itu tergeletak
tanganya mengapai udara kemiskinan
nafasnya meraba hasrat demokarsi
matanya ragu menatap resah bangsa ini
hidupnya ciut untuk mimpi kemakmuran

wajah-wajah temanya beringas mengumpul kata
sabagian menari demi negeri yang tak selesai
beberapa aparat mengepung nafas penari
tolong jangan dihentikan

waktu menjadi letih melihat semangat mereka
hasrat menjadi takut melihat darah mereka
tubuh itu masih tergeletak
menuju gelap 20102010

(simpang khatib sulaiman)

Kamis, 30 September 2010

anak ku


1 syawal 1431 H

anak ku membuat api
dengan ujung kertas dan korek sebesar pentul
ujungnya diikat pada langit
agar tak terlihat oleh mataku yang mengawasinya
hati-hati digores pada kertas hitam disamping muka
dan mulai berasap

tangannya begitu lincah menjemput agin
agar asap tetap meleleh pada ujung koreknya
beberapa kertas mulai terbakar
dengan ujung mata perintah diteruskan
adiknya menungkup dengan dua kepal tangan
satu-persatu lidah api disalin ke lilin
sebagian dihembus ke mulut pelita

kakaknya mengukir bibirnya dengan tetesan lilin
sampai ke ujung kukunya
anakku membuat api
jangan bakar hidup ini...

durian tinggi, 1 syawal 1431 h

Senin, 23 Agustus 2010

Seminyak



Rindu

Ku tunggu kau sewindu
Pada ujung pasir yang sangat memikat
Sebagian orang melepas hasratnya sampai pagi
Begitu dekat dan kuat mengoyak seluruh isi tubuh
Aku hanya melihat

Begitu rindu dengan pulau ini
Setiap detik penuh dengan arti
Jalan-jalan begitu manis menunjuk puing-puing cantik
Juga pada perempuan tua dan gimbal yang duduk menunggu
Kau akan menyebarkan isu kepundak para tamu
Mungkin tak terlihat

Pasir ini menjadi sempit antara orang dan mimpi
Mata, telingga dan nafsu bercampur di arena
Aku hanya melihat, sampai terpuaskan rinduku

Cahaya malam tetap menebar irama
Bayang-bayang hanya sekilas terlihat
Antara gelas dan bibir penjamu
Datanglah kenegriku…

Seminyak, 12 Juli 2010

Senin, 10 Mei 2010

Terima kasih



Mama

Mama menyimpan kantuk untuk membuka subuh yang dingin
Wajahnya yang lembut bersinar disentuh wudhu
Akar-akar fajar menyambung do’a mama kepenjuru langit
Setiap katanya melantun lembut dibenak malaikat
Untuk menyambung hidup kami hari ini

Mentari yang cerah menghitung langkah mama
Sinarnya menggembuni jejak kaki yang melepuh
Perihnya terhapus debu harapan
Tiga dari kami ikut memburu jejak itu
Tiga yang lainnya masih bermimpi
Semoga semoga pinta mama tak jauh hari ini

Sore yang mendung menghimpit benak mama
Ujung-ujung gerimis seperti tak-kuat mendekatinya
Waktu yang tersisa tetap memeluk hidup kami
Jiwa-jiwa mungil terus bersandar didarahnya

Ma, kami tidak hanya melihat surga ditelapak kakimu
Tapi, disetiap keringat dan nafas mu

Payakumbuh, sekitar 1990

Jumat, 19 Maret 2010

pondok



Pondok kecilku dan perjalanan kematian

Pa, aku bikin pondok kecil dibelakang rumah. Aku ingin kita duduk di ujung sore membahas love is blue-nya paul mauriat dan dare to dream-nya yanni dengan sedikit hidangan teh. Hangat tubuh mu ketika memeluk tidurku yang dingin oleh gerimis malam. Sedikit yang kuingat tentang mu (pada Jakarta, 1983).

Lex, aku bikin pondok kecil dibelakang rumah. Aku ingin kita duduk di ujung sore membahas crazy love-nya rod steward dan the great pretender-nya freddie mercury dengan secangkir kopi dan sebatang rokok. Ujung rambutmu yang panjang selalu menimpa wajahku diatas skutermu. Kau mengantar dan menjemputku ke rumah teman mu, untuk kutinggalkan sedikit hasrat remajaku. Banyak yang ku ingat tentang kebaikanmu (pada Payakumbuh, 1991)

Joe, aku bikin pondok kecil dibelakang rumah. Aku ingin kita duduk di ujung sore membahas tear in heaven-nya eric clapton dan still got the blues-nya gerry moore, dengan selinting daun dari ujung pulau ini. Kita sering jalan melintasi gelapnya malam entah untuk apa. Kita tak pernah berhenti sampai tubuhku berdarah. Kita tidak pernah takut sampai tubuhmu hilang untuk beberapa saat. Banyak sekali yang kuingat tentangmu dan kenakalan kita. (pada Jakarta, 2009).

Aku masih memikirkan (akhir Maret, 2010) yang akan kita bahas dan aku hidangkan, ketika kita duduk bersama dipondok kecil belakan rumahku.


Taman Firdaus, E14

Jumat, 05 Maret 2010

semoga



...semoga ujian

Gemuruh pun terjadi, walau isyarat dari kilat sering menyambar hari-hari kami. Seperti nasehat hidup, kita harus jalani. Entah ini takdir, pesan atau ujian. Rasanya membakar mata hingga mengeluarkan panas. Panaspun membendung kantuk hingga menyambut subuh dengan gelisah. Ini mungkin sedikit lama untuk kalian.

Ingin kututup puisi ini, karena begitu rendahnya kehidupan ini. Sepertinya akar zaman mulai menginjak ubun-ubun. Kami tau Tuhan takkan mau menimpa kekuatan kami yang kecil ini. Walaupun tegar diwajah hampir membuka hati kami. Sabarlah Dek, tenanglah Nak, kita hadapi ini seperti duapuluh, sepuluh, atau setiap jengkal hidup ini. Dan kita belum mati.

Aku masih melihat senyum Mama, dan Papa di alam sana. Kita doakan dia, dia akan mendo’akan kita, dan kita berdo’a bersama-sama.

Nunang, 3 Maret 2010

Jumat, 05 Februari 2010

37



Tiga puluh tujuh

Berapa lagi masa yang kosong untuk jalan ini
Tiga puluh tujuh yang terlewati begitu cepat didapat
Semangatpun mulai letih dalam tubuh semua orang
Mungkin tidak semua yang bisa ditahan
Sedikit demi sedikit mendesak sisa umur
Sampai tak kuat lagi menginjak bumi

Warna pun mulai bertambah
Dan begitu banyak yang sia-sia
Keseimbangannya takut diukur
Ah..semoga saja berat yang baik
Walau itu bohong

Ketakutan memamandang kedepan
Seperti anak, rumah, sekolah, mungkin pergi
Simpan saja supaya kuat
Kuat pasti bisa membantu
Tapi dulu tak begitu takut,
oh itu mungkin masih kecil
Coba diajak berfikir

Ini mungkin cita-cita
Cita yang rindu hasil
Hasil yang dapat dipanen
Panen sampai tua
Tua pasti menjadi nyata
Nyata yang cepat…entah.

Umurku masih bertambah
Ini tidak bohong…

Singkarak, Januari 2010

Selasa, 26 Januari 2010

makam papa



Ziarah

Angin yang lembut, matahari yang redup dan senyum penjual bunga menopang getar-getar kakiku menujumu. Seperti tahun-tahun peziarahanku mata dan otakku begitu kenal bujur-bujur tanah yang semakin sempit dan berhimpit, seperti semrautnya kota ini. Kelopak melati yang hilang, tangkai-tangkainya yang legam, tetap kutabur diujung makam.

Pa, titip rindu dari menantu dan cucumu yang kini ada…


Jakarta, Des 2009