Siang ini sangat menebar kantuk. Beberapa pandangan, teori, asumsi, kritik seperti simponi klasik yang terdengar sayup-sayup. Berlahan mulai menekan lembut kornea hitam hingga menuai warna putih. Filsafat yang meluncur membelai lembut saraf-saraf dikepala dengan udara pendingin ruangan. Tapi suara-suara getar itu sesekali menampar pintu mimpi. Berdirinya yang sering dipaksa membuat lebih banyak duduk. Rambutnya yang dicat hitam tertipu alisnya yang putih. Suaranya yang keluar sering didorong nafatnya yang berat. Darahnya sering sedikit terguncang dengan simpati yang tidak ada lagi.
Senja yang mulai datang membuat dia begitu mengerti dunia ini. Komunitas waktu akan membayar mahal perubahan-perubahan yang terjadi. Akhirnya dia berguman ”Perjuangan kemajuan atau pembangunan atau modernisasi atau westernisasi seperti perulangan mesin waktu. Tinggal kita mau menyusunnya dimana agar tak juga lumpuh digilas bumi”, bulu kudukku sedikit berdiri.