Senin, 18 Agustus 2008

murka



Penjelasan


Mungkin salah meraup duka yang jatuh dikelopak hati.
Panas terbuang hari membuat rasa memilih terik nafsu.
Dipunggung harap kaki-kaki menginjak pundak rindu.
Sebagian hasrat mengais cinta yang lupa perihnya waktu.
Mata-mata mengintip haru, selingkuhi nikmat kesempatan.
Kata-kata yang tersenyum tertimbun sorak dalam ruang bisu.

Diam memberi nikmat menganti waktu kosong seperti ritual tersebunyi.
Nafsu terbuang mulai tertanam dirahim usia yang mulai runtuh.
Gejolak yang tertindih ditelan jarak di ujung gelisah.
Takdir menutup murka membuat penjelasan ini sedikit aneh.


banyuasin, agus 2008

Senin, 11 Agustus 2008

ampera



Do'a

Senandung banyu merayu biduk kehulu Musi, kerudung perahupun menari dipucuk rawa. Hamparan hijau tertutup asap cerobong tongkang yang memacu jiwa, sibuk memagar tepi dengan desir halimun. Kaki-kaki dermaga mengendus riak dan sunyi angir semilir, menutup kelopak mata pemancing dipinggir dermaga tua.

Malam yang kaku ditemani lampu warna-warni, menerangi letih penjual dan suara pengamen dari pagi hari. Ketika langit menutup redup, impian budak mengharap doa ampera.

Palembang, 7 Agustus 2008

Minggu, 03 Agustus 2008

merindu



Senja yang hilang

Riak air menampar dinding perahu yang berlumut menekuk dayung-dayung kelasa. Capung-capung merah mengintai topi dan ujung kail pemancing, sesekali kakinya mengais lembut air muara yang hangat habis dipeluk bukit. Ujung-ujung sunset menyisir daun kelapa yang menari ditiup angin. Anak-anak sungai letih berjalan mengorek dahaga kaki-kaki teluk.Sayap-sayap camar centil menyambar ombak merebut hati pelangi. Pasir menyelimuti sisa pantai tersentuh telapak pemadu cinta.

Deru mesin kapal tua memutus punggung dermaga, dengan perkasa menarik jaring-jaring lusuh nelayan. Wajah-wajah merahpun berputar-putar dilantai geladak, tangan-tangannya yang kekar melecut udara membelah sungai, gemiricik anak-anak air naik menyusupi pori-pori waktu.

Begitu senja dipeluk sungai merindu malam yang tak mungkin datang esok hari.



Muaro Kasang, 31 Juli 2008

Jumat, 01 Agustus 2008

masih



hitam

subuh meliuk sukma
siang melukis raga
sore menggores asa
malam mengukir do’a

tapi, tubuh ini masih hitam
Setelah malam, 25 Juli 2008