Jumat, 07 Oktober 2011
Hujan oktober.
Masuk paragraf kedua kedatanganku dikotamu
Siang sedikit gelap disentuh mendung
Otakku mulai resah mencari tubuhmu disisa gerimis
dan, sepertinya aku tak begitu pintar melihat waktu
Mata ini menjadi dingin dan gusar
Menyingkap kaca yang kabur ditutup senja
Akhirnya, kau tak datang karena hujan oktober
Besok kutunggu, pada paragraf terakhir
...Bth, 07-10-2011
Kamis, 23 Juni 2011
Bilur
Pesannya menggapai nafas yang kututup menjadi rindu
Hingga menumpuk pada sudut-sudut hati dan tak terbendung
Kata-kata yang labil mencoba keinginannya satu persatu
Seperti tetes air mata yang dulu pernah basah dipundaku
Takdir ini menjawab kesabaranya,
walau yang jatuh tetap menikam hatinya
Beberapa bulir tak mampu ditahan
Tangis mungil begitu memacu
Derai tawa memungut hitungan waktu
Kadang seperti menghina nasibnya
Aku ingin mengantar bulir ini
Tapi wajahnya tak kulihat
Seperti menimbang rindu atau nafsu
Kupinta Tuhan menatanya...
Karambia 4, dua minggu lalu..
Jumat, 15 April 2011
Durjana
Menatap Janji
Kebohongan menutupi perut
Negeri ini malu mendengarnya
Gema kepongahan terukir pada setiap wajah
Mereka tak bisa menatap janji
Jejaknya yang serakah mengulur hidup
Menggulung waktu ketika rebah
Mereka tak kuat memungut mimpi
Walau kau beli dengan kesombongan
Seperti penjajah mengali upeti di otak pribumi
Rajaman tangannya membakar ke poros otak
Seperti rentenir menguras dahaga petani
Durjana bersemi dicinta pemuas aurat
camar
Kamis, 20 Januari 2011
purgatory
Aku membuka fajar dengan gerimis
Setelah subuh kusimpan rapi
Beberapa doa mengangkat ujung mentari
Sinarnya begitu gemulai mencium pagi
Anak-anak menjadi malas membuka mimpi
Istriku merapikan embun dengan sajadah
Biasnya yang sejuk memeluk gubuk ini
Pintu yang retak mulai dimakan waktu
Mungkin akan kami benahi di tahun ini..
Langganan:
Postingan (Atom)