Sahadat
Kepala ini memeluk beribu cinta dan membuangnya tanpa air mata. Sebagian otak yang tumbuh mereguk dahaga tanpa pernah mengisi raga dengan do’a. Darah yang hidup mengais surga tanpa mengingat dosa. Mimpi-mimpi berjalan menebar asap dan api diladang cinta. Lautan nista menumbuhi dusta mengalir ke ujung serakah. Hidup mulai terkapar menatap langkah anak durjana
Ketika gema takbir mengetuk dinding syawal, menimbun subuh dengan sahadat yang mulai koyak. Gaung iqstifar mengharap matahari membakar dosa untuk jiwa yang luka. Anpuni aku tuhan.
Kepala ini memeluk beribu cinta dan membuangnya tanpa air mata. Sebagian otak yang tumbuh mereguk dahaga tanpa pernah mengisi raga dengan do’a. Darah yang hidup mengais surga tanpa mengingat dosa. Mimpi-mimpi berjalan menebar asap dan api diladang cinta. Lautan nista menumbuhi dusta mengalir ke ujung serakah. Hidup mulai terkapar menatap langkah anak durjana
Ketika gema takbir mengetuk dinding syawal, menimbun subuh dengan sahadat yang mulai koyak. Gaung iqstifar mengharap matahari membakar dosa untuk jiwa yang luka. Anpuni aku tuhan.
1 Syawal 1429 H