Selasa, 28 Oktober 2008

ampun



Sahadat

Kepala ini memeluk beribu cinta dan membuangnya tanpa air mata. Sebagian otak yang tumbuh mereguk dahaga tanpa pernah mengisi raga dengan do’a. Darah yang hidup mengais surga tanpa mengingat dosa. Mimpi-mimpi berjalan menebar asap dan api diladang cinta. Lautan nista menumbuhi dusta mengalir ke ujung serakah. Hidup mulai terkapar menatap langkah anak durjana

Ketika gema takbir mengetuk dinding syawal, menimbun subuh dengan sahadat yang mulai koyak. Gaung iqstifar mengharap matahari membakar dosa untuk jiwa yang luka. Anpuni aku tuhan.

1 Syawal 1429 H

1 komentar:

GERRY mengatakan...

Keren

Lanjutin terus posting ny brointest