Jumat, 04 Juli 2008

bakar



Menunggu

Pagi ini Ibumu nenanak batu dengan air mata. Tolong jagan kau selingkuhi tungku itu, baranya akan menghangusi tangismu dengan isakan. Biarlah asapnya keluar mengabari pada tetangga dan negeri ini. Ibumu memang perkasa, ia meniupkan darah ke tungku agar adik-adikmu tetap menyusu.

Jerit siang akan meremuk nadi bibirmu yang begetar disentuh lalat. Susu yang tak lagi kau minum menetesi kerak nasi disenyumi lewat jendela. Langkah senja akan kutanam dengan sisa nafamu, agar purnama menciumi pinta yang kujeda dipenghujung malam.

Kapan kau bakar negeri ini Nak…


Padang Sarai, 3 Nopember 2007

Tidak ada komentar: